Visi kami :

Terbentuknya Kader Muslim Yang Berakhlaq Mulia, Cerdas dan Terampil, Mandiri sesuai Al Qur'an dan As Sunah

Senin, 20 April 2015

Kartini Day's at MBS Ungaran 210415

Serangkaian acara untuk memeriahkan peringatan hari Kartini,,, segenap pengelola MBS mengadakan beberapa event. Mulai dari upacara special untuk Kartini yang dipimpin oleh Ibu Isnaeni, S. Pd sampai dengan berbagai lomba.
berikut sekelumit kisah yang disampaikan :

Ra Krtini  merupakan seorang tokoh suku Jawa pelopor kebangkitan perempuan pribumi. Lahir di Jepara tanggal 21 April 1879. Beliau termasuk dalam kalangan priyayi/bangsawan Jawa. Ayahnya bernama RM Adipati Ario Sosrodiningrat seorang patih yang kemudiangkat menjadi Bupati Jepara. Kartini anak ke 5 dari 11 bersaudara. Kakaknya Pangeran Ario Tjondro Negoro IV adalah salah satu bupati pertama yang memberikan pendidkan barat.
RA Kartini bersekolah di ELS (Europe Lagere School) sampai 12 tahun, setelah itu beliau harus tinggal di rumah karena dipingit. Kemampuannya berbahasa Belanda beliau dapat belajar  berbagai referensi maupun majalah Belanda serta tak jarang pula beliau mengirimkan tulisannya ke majalah Belanda. Selain itu, beliau aktif mengirim surat kepada para sahabat salah satunya adalah Rosa Abendanon.
RA Kartini menikah dengan seorang Bupati Rembang KRM Adipati Ario Singgih Djojodiningrat pata tanggal 12 November 1903. Suaminya mengerti keinginan Kartini  dan mendukung untuk mendirikan sekolah wanita di kabupaten Rembang (baca: sekarang Gedung Pramuka). Pada tanggal 13 September 1904 lahirlah putra pertama yang diberi nama Soesalit Djojodiningrat.
Pada tanggal 17 September 1904 Beliau wafat di Desa Bulu Kecamatan Bulu Rembang. Setelah wafat ayah Rosa Abendanon (J.H Abendanon) mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirim kepda teman-temannya di Eropa. Buku ini diberi judul “Door Duisternis tot litch” artinya dari kegelapan menuju cahaya. Balai Pustaka kemudian menerbitkan bukunya pada tahun 1922 dengan judul “Habis Gelap Terbitlah Terang”
Sebagian suratnya berisi keluhan dan gugatan khususnya menyangkut budaya di Jawa yang dipandang sebagai penghambat kemajuan perempuan. Dia ingin wanita memiliki kebebasan menuntut  ilmu dan belajar. Beliau hanya ingin menaikkan derajat perempuan.


1. Upacara
2. Lomba estafet (gulung stagen, ambil koin dalam tepung, pakai dasi dan surban, badminton)
3. Lomba poster
4. Lomba vokal dan yel-yel








Tidak ada komentar:

Posting Komentar